Slank dalam sebuah lirik lagunya yang berujar :” Air air air
Ember kosong mencuri tenang dari tidurku
Lagi lagi bingkai mimpi kehilangan satu sudut
Percuma aku bangun yang kulihat hanya bumi menangis sendu
Air berteriak sampai kering detak jantung hutan berhenti ditusuki ranting kering
Penyakit datang berakhir kematian bukan karena perang
Tapi langka-nya air bersih
Kotori saja bumi kita biar senang puaskan diri sendiri
Habiskan sumber mata air kita buat cepat dunia binasa
Apakah itu keinginan kita apa yang telah kita lakukan pada bumi kita
Sampai kapan aku butuh nafas untuk berhati bersih
Bumi rindu penyelamat air kehidupan
Apakah anda penyelamat itu ayo beri air pada anak cucu tapi bukan air mata.”
Lagi lagi bingkai mimpi kehilangan satu sudut
Percuma aku bangun yang kulihat hanya bumi menangis sendu
Air berteriak sampai kering detak jantung hutan berhenti ditusuki ranting kering
Penyakit datang berakhir kematian bukan karena perang
Tapi langka-nya air bersih
Kotori saja bumi kita biar senang puaskan diri sendiri
Habiskan sumber mata air kita buat cepat dunia binasa
Apakah itu keinginan kita apa yang telah kita lakukan pada bumi kita
Sampai kapan aku butuh nafas untuk berhati bersih
Bumi rindu penyelamat air kehidupan
Apakah anda penyelamat itu ayo beri air pada anak cucu tapi bukan air mata.”
Lirik lagu diatas menggambarkan sosok seorang kakek tua yang berjuang mecoba terus berusaha menyelamatkan mata air yang sudah mulai berkurang. Meski kondisi yang sudah tua, namun semangat kakek tersebut tetap mudah dan patut kita apresiasi.
Idris Sahidu yang kini usianya 63 tahun tetap semagat mengempanyekan untuk melindungi dan merawat sumber mata air,”kita hidup di bumi ini bukan hanya berbuat baik sesama manusia saja, tetapi kita juga harus berbuat baik dengan alam,” ungkapnya.
Meski dengan usianya yang sudah tua tersebut, bukan menjadi alasan utuk tidak berbuat untuk kebaikan alam. Prinsip hidupnya kita hidup untuk bermanfaat untuk sesama, termasuk dengan alam yang ada disekitar kita.
Sebagai bentuk kerja nyata, kakek tua yang sering dikenal dengan panggilan Ayah tersebut telah melakukan beberapa hal, salah satunya melakukan penanaman pohon beringin di beberapa titik mata air di Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) yang dianggap sudah mulai memprihatinkan. Cara menanamnya pun sangat unik, pohon beringin tesebut dibudidaya sendiri disamping rumahnya, ia mulai menanamnya jika kayu tersebut sudah tinggi sekitar berukuran 2 memer agar pohon tersebut bertahan dan tidak mudah dimakan oleh binatang seperti sapi dan lainnya.
Untuk menuju lokasi mata air, Ia dan keluarganya harus berjalan kaki dan menenteng pohon yang berukuran 2 meter tersebut hingga lokasi. “Ini semua kami lakukan secara swadaya, mulai dari pembibitan hingga penanaman di lokasi mata air,” ceritanya.
Saat ini ada sekitar 60 pohon beringin yang siap akan ditanam. Ia berharap ada orang bisa membantu dan tergugah hatinya untuk berbuat. “Ini bukan hanya tugas pemerintah, tapi ini tugas kita bersama,” tuturnya sambil memperlihatkan pohon beringin yang di budidaya.
No comments:
Post a Comment