Melihat lebih dekat sosok, kakek tua penyelamat mata air - BeneteNews

Informasi lokal biar dunia mendengar

Melihat lebih dekat sosok, kakek tua penyelamat mata air

Share This
BeneteNews – Laki-laki tua yang sibuk memindahkan bibit pohon itu berumur enam puluh tiga tahun, dengan sabit ditangannya Ia terus membersihankan tanaman liar di sekitar tanaman yang ia budidaya di samping rumahnya. Dengan harapan bisa tumbuh sesuai harapan dan suatu saat nanti, ada generasi yang mau peduli terhadap lingkungan seperti dirinya. Kulit yang mulai keriput terlihat jelas diraut wajahnya yang sudah tua, namun semangat yang ada didalam dirinya selalu muda.

Laki-laki tua itu bernama Sahidulllah, kakek yang menerima penghargaan sebagai sosok inspiratif dari kampung media tahun 2017 ini. Meskit mendapat penghargaan di tingkat provensi Nusa Tenggara Barat (NTB), ternyata ada kisah yang lebih menarik dan mengharu dari dirinya. Berikut hasil wawancaranya.

Pada tahun 1997 silam merupakan awal Ia datang ke Kabupaten Sumbwa Barat (KSB), yang pada masa itu masi bergabung bersama Kabupaten Sumbawa. Pertama kali datang ke Sumbawa Barat, ia tinggal di Desa Tongo Kecamatan Sekongkang. “Pertama kali saya tinggal di SP2 daerah tongo sana,” ucapnya sambil membersihkan tanaman yang ada di samping pekarangan rumahnya.

Kedatangan Ia ke tongo merupakan panggilan hati. Bedasarkan informasi yang ia dapatkan pada saat itu, bahwa di Kabupaten Sumbaw Barat akan ada pertambangan. Dengan adanya perusahaan pertambangan sudah barang tentu akan membabat hutan dan ini akan berdampak pada keberlangsungan sumber mata air yang ada di sekitarnya. Lebih kurang selama tiga tahun tinggal di tongo, baru pada tahun 2000 ia tinggal di Maluk. Dan pada tahun tersebut Ia mulai melakukan kegiatan aktifitas pemantauan mata air di sekitaran wilayah tambang. 

Melakukan kegiatan sosial penyelamatan mata air tidak semudah membalikan telapak tangan. Butuh perjuangan ekstra sabar untuk melakukan itu semua. 

Ayah panggilan akrapnya terus mengampanyekan tentang pentingnya menyelamatkan mata air, bayak tantangan yang ia alami mulai dari cemoohan orang, hingga di aggap penebang kayu oleh polisi kehutanan. 

“Saya sempat di ejek sama tetangga, untuk makan saja susah. Mikir menyelamatkan mata air. Tapi alhamdulillha Allah maha adil. Allah akan membantu umatnya yang mau berusaha. Dan orang yang dulu menghina saya, hidupnya biasa-biasa saja, padahal dulu jaya,” cetusnya sembari melihatkan pohon beringin yang akan ditamanya dalam waktu dekat.

Meski sejak tahun 2000 melakukan kegiatan tesebut, ia tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah desa,” saya sudah puluhan tahun, tidak pernah sepeserpun saya dapat bantuan,” tambahnya di selah-selah kegiatannya.

No comments:

Post a Comment

Pages