Benetenews
– Pergeseran pola hidup ”kembali ke
alam” kian banyak dipilih masyarakat sebagai bentuk upaya mengarah ke gaya
hidup sehat. Tidak sekadar enak, mengenyangkan, dan
bergizi, tetapi paradigma makan kini juga harus menyehatkan. Salah satunya,
dengan makan makanan organik.
Pilihan ini didorong
sejumlah alasan, yaitu karena menilai bahan pangan ini lebih sehat dan segar,
bebas zat kimia, bahkan lebih jauh sudah menjadi kebiasaan.
Berani bayar mahal
Budaya mengonsumsi
makanan organik dapat memperpanjang daya dukung ekosistem alam. Sebaliknya,
pertanian konvensional berdampak buruk baik terhadap tanah, air, dan
binatang-binatang pendukung lahan pertanian. Selain itu, pertanian jenis ini
juga mengancam kesehatan petani itu sendiri, misalnya dengan adanya paparan
pestisida kimia sintetis saat proses produksi.
Akumulasi kandungan kimia pada pestisida dapat menyebabkan cacat kelahiran, kerusakan syaraf, dan mutasi genetik, baik itu terkena secara langsung oleh petani maupun tidak langsung, yakni para konsumen produk pertanian tersebut.
Buah dan sayuran organik di Indonesia masih rendah produksinya meskipun beberapa produk tanaman organik, seperti beras dan sayuran organik, mulai muncul di sejumlah pasar swalayan di kota-kota besar. Badan khusus di Indonesia yang memberikan sertifikasi pada produk organik salah satunya adalah Biocert.
Lembaga sertifikasi, seperti Biocert, yang dapat memastikan produk buah dan sayuran organik yang ada di pasaran. Lembaga ini pula yang ikut serta produk makanan organik semakin terjangkau masyarakat.
Peluang usaha
Sumber : https://kompas.id/baca/riset/2017/06/02/pangan-organik-antara-gaya-hidup-dan-peluang-usaha/
Berdasarkan
surve yang dilakukan Kompas terbukti, sekitar seperlima responden (17,8 persen)
jajak pendapat mengaku sering mengonsumsi makanan organik dan ada sekitar
separuh bagian (52,2 persen responden) pernah menikmatinya. Produk
organik adalah bahan pangan yang diproduksi tanpa menggunakan bahan-bahan
kimia, seperti pestisida kimia, pupuk sintetis, rekayasa genetika, antibiotik,
hormon pertumbuhan, dan zat-zat kimia lainnya.
”Produk
organik adalah bahan pangan yang diproduksi tanpa menggunakan bahan-bahan
kimia”
Meski
demikian, masih ada sekitar 27 persen yang tidak pernah mencoba makanan
organik. Jenis makanan organik bermacam-macam, mulai
dari sayuran, buah-buahan, beras, daging ayam, hingga bumbu
dapur. Manfaat terbesar makanan organik terletak pada nilai gizi
yang lebih tinggi.
Hal
itu bisa terjadi karena dalam proses tumbuhnya, bahan pangan tersebut melalui
proses alami atau yang bisa disebut sebagai pertanian organik. Metode ini
menghindari penggunaan pupuk kimia sintetik dan rekayasa genetika organisme
untuk memengaruhi pertumbuhan tanaman.
Produk
organik yang paling banyak dikonsumsi publik adalah sayuran dan beras organik.
Setidaknya ada lebih dari sepertiga responden yang pernah atau sering memakan
sayuran organik. Sementara itu, ada seperlima bagian responden pernah atau
sering mengonsumi beras organik.
Berani bayar mahal
Harga
produk makanan organik biasanya lebih mahal 20-30 persen dari makanan
non-organik. Meski demikian, mayoritas responden penikmatnya sepakat kualitas
yang didapatkan dari produk organik sebanding dengan harga yang harus dibayar.
Harga
yang lebih tinggi disebabkan produksi pangan organik pada umumnya ditangani
secara lebih intensif oleh banyak tenaga kerja. Selain itu, penggunaan pupuk
organik dan pestisida organik pun cenderung harganya lebih mahal ketimbang
anorganik sehingga memperbesar biaya produksi.
Menurut
definisi yang disusun Departemen Pertanian Amerika Serikat (United States
Department of Agriculture/USDA),
produk berkategori organik dibagi menjadi 100 persen organik,
artinya seluruhnya dihasilkan dari bahan organik, 95 persen organik (harus
mengandung setidaknya 95 persen bahan organik), 70 persen organik (terbuat dari
bahan-bahan organik setidaknya 70 persen), dan kurang dari 70 persen organik
(memiliki beberapa bahan organik kurang dari 70 persen).
Sayangnya,
belum ada penelitian yang membuktikan bahwa ada perbedaan kandungan nutrisi
dalam bahan makanan organik dibandingkan dengan makanan yang dikembangkan
dengan cara pertanian konvensional. Hanya beberapa jenis bahan makanan, seperti
susu organik yang mengandung asam lemak omega 3 lebih tinggi dibandingkan susu
non-organik.
Selain
terkait isu kesehatan dan harga, produk organik juga disepakati hampir seluruh
responden lebih menjaga lingkungan hidup. Faktanya, lingkungan pertanian
organik lebih aman dan ramah, khususnya terhadap ekosistem lahan, seperti
tanah, udara, dan air.
”Pertanian
organik lebih aman dan ramah, khususnya terhadap ekosistem lahan, seperti
tanah, udara, dan air”
Akumulasi kandungan kimia pada pestisida dapat menyebabkan cacat kelahiran, kerusakan syaraf, dan mutasi genetik, baik itu terkena secara langsung oleh petani maupun tidak langsung, yakni para konsumen produk pertanian tersebut.
Buah dan sayuran organik di Indonesia masih rendah produksinya meskipun beberapa produk tanaman organik, seperti beras dan sayuran organik, mulai muncul di sejumlah pasar swalayan di kota-kota besar. Badan khusus di Indonesia yang memberikan sertifikasi pada produk organik salah satunya adalah Biocert.
Lembaga sertifikasi, seperti Biocert, yang dapat memastikan produk buah dan sayuran organik yang ada di pasaran. Lembaga ini pula yang ikut serta produk makanan organik semakin terjangkau masyarakat.
Peluang usaha
Kesadaran
masyarakat terhadap kesehatan dan kandungan gizi yang lebih tinggi dari produk
organik membuka peluang dalam mengembangkan beragam komoditas pertanian organik
yang bernilai jual. Banyak pelaku usaha memanfaatkan hal ini dengan cara memproduksi
makanan olahan organik yang bernilai gizi tinggi.
Secara
global, pertanian organik terus menunjukkan pertumbuhan positif. Perserikatan
Bangsa-Bangsa mencatat luas lahan yang digunakan untuk pertanian organik
bertambah 13 persen setiap tahun. Sementara itu, data Organisasi Perdagangan
Dunia (World
Trade Organization/WTO)
mengatakan, pertanian organik tumbuh 20 persen setiap tahun.
Sebagai
gambaran, pada tahun 2000 nilai perdagangan produk pertanian organik mencapai
17,5 miliar dollar AS. Sepuluh tahun kemudian (2010), pangsa pasar produk alami
ini mencapai 100 miliar dollar AS.
Tren
pertanian dan gaya hidup ini di Indonesia juga mendapatkan tempatnya.
Berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian
Pertanian, dalam kurun sepuluh tahun (1999-2009) terlihat pertumbuhan luas
wilayah pertanian organik mencapai 240 persen.
Pertanian
organik di Indonesia kini kian menggeliat. Departemen Pertanian mengalokasikan
dana 4 juta dollar AS untuk program pertanian organik tahun 2007. Sementara
tahun 2009 pemerintah menetapkan target untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia
pada industri pertanian lokal.*
Akankah
pertanian organik mendapat ruang di wilayah lingkar tambang, khususnya Desa
Benete, Kecamatan Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat?
Sumber : https://kompas.id/baca/riset/2017/06/02/pangan-organik-antara-gaya-hidup-dan-peluang-usaha/
No comments:
Post a Comment